Selasa, 28 Februari 2012

Pertobatan



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
            Dunia saat ini sudah tua, artinya bahwa dunia sudah mengalami kemerosotan, baik secara moral maupun spiritual.Karena kerusakan tersebut membuat dunia semakin jahat. Dunia tidak mengenal siapa mereka dan untuk apa mereka ada. Dunia hidup sesuai keinginan mereka tanpa harus memikirkan orang lain, hal ini sangat berdampak negative bagi kehidupan sosial.Realita yang kita lihat sekarang ini, anak-anak tidak punya hormat pada orang tua mereka,terjadinya pergaulan bebas dan banyaknya terjadi pembunuhan.
            Kejahatan dan prilaku dunia yang jahat tersebut juga dapat kita lihat di lingkungan sekitar kita saat ini.Bangsa Indonesia terkenal sebagai korupsi terbesar didunia.Banyak masyarakat Indonesia yang hidup dibawah kolong jembatan karena tidak memiliki tempat tinggal,banyak yang menderita kelaparan,kekurangan dan anak-anak jalanan yang tidak memiliki pendidikan. Ini disebabkan tidak lain karena keegoisan manusia yang hanya mementingkan diri sendiri.
            Kejahatan yang terjadi didalam dunia ini bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak percaya saja,tetapi digereja-gereja Tuhan saat ini banyak terjadi kejahatan dan tindakan yang tidak sesuai dengan kebenaran.Seorang hamba Tuhan melakukan  hubungan gelap dengan seorang pengerja dan banyak jemaat Tuhan yang hidup dalam perselingkuhan.Hal ini terjadi karena belum ada pertobatan secara total.
            Kita melihat kehidupan dunia hari-hari ini semakin jahat,orang-orang percaya mulai hidup jauh dari kebenaran,bahkan kehidupan hamba-hamba Tuhan tidak memiliki dampak bagi orang lain,maka penulis tertarik membahas Pandangan Tinjauan Teologis Tentang Pertobatan Menurut Kitab Yunus.
B. Penjelasan Judul
1.        Tinjauan
            Tinjauan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) on line ,Tinjauan adalah: “Pemeriksaan yang teliti,penyelidikan,kegiatan pengumpulan data,Pengolahan,analisa,dan penyajian data”[1]. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia(KBBI) Tinjauan adalah : Pendapat meninjau, pandangan, pendapat(sesudah menyelidiki,mempelajari),dan perbuatan meninjau”[2].
2.        Teologis
            Teologis berasal dari kata Teologi. Teologi (bahasa Yunani θεος, theos, "Allah, Tuhan", dan λογια, logia, "kata-kata," "ucapan," atau "wacana") adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan (Lih. bawah, "Teologi dan agama-agama lain di luar agama Kristen"). Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Para teolog berupaya menggunakan analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama. Teologi memampukan seseorang untuk lebih memahami tradisi keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya, menolong membuat perbandingan antara berbagai tradisi, melestarikan, memperbaharui suatu tradisi tertentu, menolong penyebaran suatu tradisi, menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai alasan lainnya.
            Kata 'teologi' berasal dari bahasa Yunani koine, tetapi lambat laun memeroleh makna yang baru ketika kata itu diambil dalam bentuk Yunani maupun Latinnya oleh para penulis Kristen. Karena itu, penggunaan kata ini, khususnya di Barat, mempunyai latar belakang Kristen. Namun, di masa kini istilah tersebut dapat digunakan untuk wacana yang berdasarkan nalar di lingkungan ataupun tentang berbagai agama. Di lingkungan agama Kristen sendiri, disiplin 'teologi' melahirkan banyak sekali sub-divisinya”[3].
            Jadi,Teologis berarti memiliki sifat Teologi.
3.        Pertobatan
            Pertobatan berasal dari kata “Tobat” yang artinya adalah sesal atau menyesal akan dosanya dan berniat memperbaiki hidupnya, mengaku salah dan ingin kembali kepada Tuhan”[4].
            “Bertobat”dalam Alkitab berarti “berubah pikiran.” Alkitab juga memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan menghasilkan perubahan tindakan (Lukas 3:8-14, Kisah Rasul 3:19). Kisah 26:20 menyatakan, “Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Definisi pertobatan yang sepenuhnya secara Alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku”[5].
4.        Kitab Yunus
            Kitab Yunus adalah kitab kelima dalam kumpulan kitab yang disebut Nabi-nabi Kecil dalam Perjanjian Lama. Kitab ini berbeda dengan kitab-kitab nabi lainnya karena kitab ini tidak berisi ucapan-ucapan sang nabi kepada Israel, melainkan menceritakan pengalaman Nabi Yunus, ketika ia mencoba menghindari perintah Tuhan.
            Yunus disebut Yonah dalam bahasa Ibrani yang berarti “merpati”. Nama ayahnya adalah Amitai yang berarti kebenaran Allah.  Tokoh Yunus sendiri didasarkan pada tokoh yang tak begitu dikenal, yang hidup pada masa pemerintahan Yerobeam II (786-746 SM). Raja ini memperluas perbatasan negerinya dari Hamat sampai Laut Mati. Dalam Perjanjian Lama, Yunus bin Amittai hanya disebutkan di luar kitab Yunus sendiri yakni dalam II Raja-raja 14:25. (Untuk informasi lebih jauh tentang tokoh ini sendiri, lihat artikel Yunus). Kitab ini sendiri kemungkinan ditulis pada masa pasca-pembuangan (setelah 530 SM) dan didasarkan pada tradisi lisan yang telah diturunkan sejak abad ke-8 SM. Yunus dianggap sebagai salah seorang nabi kecil karena buku aslinya ditulis bersama-sama dengan kitab-kitab kenabian lainnya yang lebih kecil dalam sebuah gulungan saja (yang juga dikenal sebagai Kitab yang Duabelas).
            Kitab ini terdapat dalam Tanakh Yahudi dan Alkitab Kristen sebagai bagian dari Perjanjian Lama. Kisahnya mempunyai sejarah penafsiran yang menarik (lihat bawah) dan telah menjadi cerita termasyhur melalui cerita-cerita populer anak-anak. Dalam Yudaisme kitab ini adalah Haftarah untuk dibaca pada sore hari pada perayaan Yom Kippur karena kisahnya sendiri menceritakan kesediaan Allah untuk mengampuni mereka yang bertobat”[6].
            Jadi,Tinjauan Teologis Tentang Pertobatan Menurut Kitab Yunus adalah Penyelidikan secara Teologi mengenai perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku di dalam kitab Yunus.
C. Alasan pemilihan Judul
             Sumber media yang beredar saat ini, kebanyakan berita-berita yang ditayangkan adalah tindakan kriminal, korupsi, pembunuhan dan banyak kejahatan-kejahatan yang dilakukan manusia. Hal ini terjadi karena mereka sudah tidak memiliki rasa takut akan pencipta mereka, kehilangan moral dan spiritual.Sehingga mereka melakukan segala sesuatu diluar akal sehat mereka.Oleh sebab karena itu penulis berharap lewat pembahasan dari Karya Tulis yang berjudul Tinjauan Teologis Tentang Pertobatan Menurut Kitab Yunus dapat menjawab setiap problema yang sedang terjadi saat ini dan dapat kembali memperbaiki kehidupan dunia yang jahat.
D. Tujuan Penelitian
            Tujuan Penelitian :
Pertama, untuk memberikan pandangan-pandangan secara teologis.
Kedua, menjelaskan pengertian tentang pertobatan.
Ketiga, memberikan penjelasan tentang kitab Yunus.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sebagaimana telah penulis paparkan tersebut di atas,maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu :
1. Apakah Pertobatan itu?
2. Bagaimana Pandangan Teologis Tentang pertobatan?
3. Bagaimana Hubungan Pertobatan Dengan Kitab Yunus?
F. Hipotesa
            Hipotesa  merupakan perumusan  jawaban sementara terhadap suatu permasalahan, dan sebagai tuntunan sementara dalam penelitian untuk memberikan jawaban yang sebenarnya. Maka penulis memberikan hipotesa bahwa ada hubungan Teologis antara Pertobatan dengan kitab Yunus.
G. Batasan Masalah
            Pembahasan terhadap masalah dalam Karya Tulis ini,agar tidak  terlalu luas,dan menyimpang dari maksud dan tujuan penelitian ini,maka penulis mengadakan pembatasan masalah,Karya Tulis ini hanya akan membahas Tinjauan Teologis Tentang Pertobatan menurut kitab Yunus.
H. Metode Penelitian
             Pembahasan pokok-pokok permasalahan pada karya Tulis yang berjudul “Tinjauan Teologis Tentang Pertobatan Menurut  Kitab Yunus”, penulis menggunakan metode penelitian Kepustakaan.

I. Sistematika Penulisan
            Untuk memudahkan  pembahasan,maka karya tulis ini dibagi menjadi empat bab, yang secara garis besar isinya adalah sebagai berikut :
            Bab pertama, Latar belakang masalah,penjelasan judul, alasan pemilihan judul,tujuan penelitian,rumusan masalah,hipotesa,batasan masalah,metode penelitian,sistematika penulisan.
            Bab kedua, latar belakang, penulis, tahun penulisan, tujuan penulisan, berita kitab Yunus.
            Bab ketiga, Penjelasan umum tentang pertobatan, pandangan teologis tentang pertobatan, hubungan pertobatan dengan kitab yunus.
            Bab keempat,kesimpulan dan saran-saran.



















BAB II
DESKRIPSI KITAB YUNUS
A. Latar belakang
            Yunus  yang namanya berarti “Merpati”, diperkenalkan sebagai putra Amitai (1 : 1 ). Ia disebut dalam 2 Raj 14:25 sebagai nabi kepada kerajaan utara Israel semasa pemerintahan Yorebeam II (793-753) dan ia berasal dari Gat-Hefer, tiga sampai lima kilometer utara Nezaret di Galilea. Jadi, orang Farisi salah ketika mengatakan bahwa tidak pernah ada nabi dari Galilea (Yoh 7 : 52). Pelayanan nubuat Yunus terjadi tidak lama sesudah pelayanan  Elisa (Ams 1 : 1) dan diikuti oleh pelayanan Hosea (Hos 1:1). Sekalipun kitab ini tidak menunjukkan penulisnya, sangat mungkin penulis itu Yunus sendiri.
            Pertobatan Niniwe sebagai tanggapan terhadap pemberitaan Yunus sangat mungkin terjadi pada masa pemerintahan salah seorang dari dua raja Asyur, Adad-nirari III  (810-783 SM ) yang pemerintahannya ditandai oleh peralihan ke monoteisme, atau Asyurdan III (733-755 SM) serta sebuah gerhana matahari (763 SM), yang masing-masing mungkin ditafsirkan sebagai tanda hukuman ilahi sehingga mempersiapkan ibu kota Asyur itu untuk menerima berita nubuat Yunus. Niniwe adalah ibu kota kerajaan Asyur yang besar, terletak sekitar 800 kilometer timur laut Galilea.[7]
 Selama beberapa generasi Asyur dengan kejam dan lalim telah menguasai bangsa-bangsa di laut tengah. Tidak ada pertimbangan belas kasihan yang dibiarkan menganggu politik Asyur. Bagi mereka kasih itu sangat merugikan. Cara yang mereka pakai untuk sebagian besar membatalkan kebutuhan meninggalkan pasukan tentaraAsyur di kota-kota yang telah mereka rebut. Mula-mula terjadi pembunuhan besar-besaran yang tidak kenal ampun. Rupanya dalam prasasti-prasasti mereka, raja-raja Asyur merasa senang ketika melihat pemandangan yang dipertunjukkan oleh medan pertempuran. Mereka mengambarkan bagaimana medan pertempuran itu penuh dengan mayat orang-orang yang telah dikalahkan. Penumpahan darah besar-besaran ini disusul hukuman-hukuman yang kejam ke atas tiap-tiap kota.
Para pemimpin, seperti di Lakhis pada waktu Sanherip mengalahkan kota itu, di bawa keluar, di pegang para algojo, dan dikenakan bermacam-macam hukuman yang sangat kejam. Pada tugu-tugu peringatan mereka di lukiskan bagaimana beberapa korban ditelentangkan dan ditekan ke tanah sedang seorang dari antara gerombolan penyiksa itu, dengan senang hati memasukkan tangannya kedalam mulut si korban itu, memegang lidahnya dan merengutnya dengan akar-akarnya.
Di tempat lain kayu pasal di pancangkan. Pergelangan tangan dan kaki seorang korban yang lain diikat dengan tali pada pasak itu, sehingga orang itu berbaring terlentang tanpa dapat bergerak. Lalu si algojo mulai mengerjakan tugasnya; pisaunya yang tajam mulai mengiris kulit orang itu diangkatnya inci demi inci, sehingga ia di kuliti hidup-hidup. Kemudian kulit ini dibentangkan pada tembok-temboknya kota itu atau di buang, supaya menakutkan rakyat dan meninggalkan kesan yang tak terlupakan tentang pembalasan kota Asyur. Bagi orang lain lagi disediakan tiang-tiang panjang yang tajam. Si penderita, yang sama  seperti orang lain itu diambil dari antara pemimpin-pemimpin kota, dibaringkan; ujung tiang yang tajam itu ditusukkan ke dalam bagian bawah rongga dada lalu tiang itu diangkat dengan si korban yang menggeliang-geliut itu; tiang ini ditanam di dalam lubang yang telah tersedia dan orang itu dibiarkan sampai mati.[8]
            Semua orang di Israel mengetahui tentang kekejaman-kekejaman itu. Bukan rahasia bagi para nabi Yehuda bahwa umat mereka akan jatuh kebawah tangan suatu bangsa yang belum lagi mencapai puncak kekuasaanya. Mereka mengetahui,bahwa babel akan mencurahkan kehebatan murka Allah ke atas Yehuda. Demikian pula Allah berlaku dengan nabi-nabiNya di Israel yang mempunyai tugas yang lebih sukar daripada teman-teman sekerjanya di Yehuda, meskipun mereka mempunyai pekerjaan yang berat. Dengan jelas Hosea menubuatkan bahwa Israel akan dicabut sampai ke akar-akarnya dan di Asyur mereka akan memakan makanan najis.
B. Penulis
            Penulis kitab Yunus adalah Yunus sendiri yang artinya “Burung dara”. Ayahnya bernama Amitai yang artinya “jujur”. Nama Yunus disebutkan juga dalam II Raj 14 : 25, Mat 12 : 39,40:16:4, Luk 11:29,30,32 ia berasal dari Gat-hefer sebuah Kota Zebulon. Diperkirakan pelayanan kenabiaanya saat pelayanan Elisa akan berakhir, dia hidup pada zaman Raja Yerobeam II, seorang raja yang sangat berhasil dan makmur (2 Raja-raja 14 : 23-25). Raja ini meluaskan perbatasan negerinya dari hamat ke Laut Mati. Bangsa Aram, tetangga Israel yang dekat di sebelah utara, didorong kembali ke negerinya sendiri. Negara-negara tetangga lain dilemahkan. Uzia, yang menjadi Raja di Yehuda pada masa itu juga, sama kuat dengan dia. Kedua kerajaan ini berkembang karena ada saling kerja sama. Kerejaan Asyur di timur laut sedang bertambah kuasanya. Adad-nirani sudah tiga kali bergerak ke barat “untuk memelihara perbatasan propinsi-propinsinya, tetapi ia tidak menggangu Yerubeam. Yunus berkotbah di Israel pada masa keberhasilan dan kemewahan yang tidak ada taranya. Dengan mengecualian Yoel, mungkin menurut urutan waktu Yunus adalah yang pertama dari segala nabi, entah “nabi besar” entah “nabi kecil”. Beberapa ahli orang Yahudi berpendapat, bahwa Yunus adalah putra seorang perempuan sunem. Anak itu telah dihidupkan kembali oleh Elisa dari kematian.Yunus memiliki rasa Nasionalisme yang sangat tinggi untuk bangsanya sendiri, mementingkan kehidupan bangsanya sendiri.
            Yunus adalah seorang nabi yang keras kepala,kuat dan menurut dorongan hatinya sendiri. Ia merasa bahwa ia tidak dapat membiarkan Allah bertidak keliru dengan menyelamatkan Niniwe,  jikalau mereka bertobat. Yunus malah marah ke pada Allah ketika Niniwe tidak jadi di hukum oleh Allah. Ini adalah salah satu alasan mengapa Yunus lari ke Tarsis ketika Tuhan memerintahkan Yunus untuk pergi ke kota Niniwe, yaitu karena ia tidak ingin Niniwe bertobat dan percaya kepada Allah, sehingga ia lari jauh dari hadapan Allah.
C.Tahun Penulisan
Pendapat tradisional mengatakan bahwa penulis kitab yunus adalah Yunus sendiri, sehingga waktu penulisannya juga harus dijatuhkan pada masa pelayanan Yunus, maka perkiraan waktu penulisan meliputi dari abab ke-8 sampai dengan abab ke-3 B.C. Sebab disini Niniwe digambarkan sebagai kota yang sedang menikmati belas kasihan Tuhan. Andaikata kota Niniwe sudah binasa  waktu kitab Yunus dituliskan, maka boleh dikatakan bahwa kitab ini sudah kehilangan artinya sebagai teladan bagi orang Yahudi mengenai hal pertobatan dan sebagai ajaran mengenai konsep keselamatan bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Maka karena beberapa hal ini, pendapat yang paling kuat ialah bahwa kitab ini dituliskan dalam abad ke-8 B.C.Sebelum keruntuhan kerajaan pada th.722 B.C. Menurut Alkitab Penuntun Hidup berkelimpahan, penulisan Kitab Yunus  diperkirakan +760.[9]
D.Tujuan Penulisan
            Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan menulis ada beberapa tujuan penulisan :
            Pertama, untuk menunjukkan kepada Israel dan bangsa-bangsa lainnya besarnya dan luasnya kasih sayang tindakan Allah yang menyelamatkan melalui pemberitaan pertobatan.
            Kedua, untuk menunjukkan melalui pengalaman Yunus betapa jauhnya Israel telah jatuh dari panggilan missioner yang semula untuk menjadi terang penebusan bagi orang-orang yang tinggal dalam gelap (Kej 12 :1-3; Yes 42:6-7,49:6)
            Ketiga, untuk memperingatkan Israel yang murtad bahwa Allah dalam kasih dan kemurahanNya telah mengutus bukan hanya satu tetapi banyak nabi setia yang menyampaikan berita pertobatanNya agar menghindarkan hukuman atas dosa yang tak dapat dielakkan. Tetapi berbeda dengan Niniwe, Israel telah menolak nabi-nabi Allah dan tawaranNya untuk bertobat dan menerima kemurahanNya.
            Keempat, Allah tidak memandang apakah orang itu bersunat atau tidak yang penting sunat hati, meninggalkan perbuatan yang tidak berkenan di hati Allah.
            Kelima, Allah punya cara sendiri untuk mengutus hamba Tuhan yangn lari dari panggilan. Allah kenal hati Yunus  oleh sebab itu Yunus tidak dibinasakan. Yunus mempunyai rasa patrionalisme bangsa yang luar biasa, makanya dia saat diutus menginjil keluar negri namun ia tidak mau karena saat itu Asyur sedang dalam kemajuan/kejayaan. Sedangkan dalam nubuatan sudah dijelaskan bahwa asyur yang akan dipakai untuk menghukum Israel.
E. Berita Kitab Yunus
Kitab Yunus dibedakan dari kitab-kitab nubuatan lain dalam Perjanjian Lama. Disini menunjukkan tentang Yunus dalam hikayat dan hubungannya dengan Allah. Ada beberapa berita yang dapat kita pelajari dari kitab Yunus ini;
1.        Menunjukkan kasih Allah kepada bangsa kafir itu penting dalam perjanjian lama.
2.        Menunjukkan keselamatan bangsa kafir itu penting dalam perjanjian lama.
3.        Menunjukkan maksud yang benar bagi Israel didalam nabi Yunus.
4.        Memberikan suatu gambaran teladan kesaksian bagi bangsa yahudi pada hari-hari penghabisan.
Menurut penafsiran Alegoris (kiasan) menganggap kisah ini sebagai gambaran misi dan kegagalan bangsa Israel selaku umat Allah yang sejati. Misalnya, Yunus melarikan diri ke Tarsis melambangkan kegagalan Israel dalam menjadi saksi Allah sebelum peristiwa pembuangan ke Babel, Ikan melambangkan bangsa Babel yang “menelan” orang Yahudi pada masa pengembalian; pemulihan tersebut melambangkan kesempatan baru bagi sisa bangsa Israel yang kembali dari pembuangan untuk menjadi saksi Tuhan kepada bangsa-bangsa kafir.
            Penafsiran bersifat perumpamaan membandingkan kitab Yunus dengan perumpamaan-perumpamaan yang terdapat dalam Perjanjian Baru yang mempunyai  tujuan mengajarkan suatu kebenaran moral/rohani. Penafsiran utama dalam golongan ini ialah bahwa penulis kitab Yunus bermaksud memprotes nasionalisme orang yahudi yang fanatik, serta menegaskan pandangan Allah yang universal,  yang meliputi semua bangsa.
            Penafsiran Historis merupakan  pandangan tradisional, yang mengatakan bahwa nabi Yunus benar-benar pernah mengadakan pelayanan ke Asyur (Niniwe) . Penafsiran historis rupanya merupakan penjelasan yang paling berarti, dan juga mendapat dukungan dari fakta bahwa Tuhan Yesus sendiri jelas menggapnya sebagai peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi, sehingga dapat menjadi gambaran tentang kematian dan  kebangkitanNya (Mat 12 : 39-40), Luk 11 : 29-30). Jelas juga bahwa Tuhan Yesus menggap pertobatan orang Niniwe sebagai suatu fakta bersejarah (Mat 12 : 41).[10]
            Banyak orang-orang berpendapat bahwa kitab Yunus ini adalah hanya cerita dongeng saja,beberapa alasannya adalah sebagai berikut :
1.        Mereka mengatakan manusia dapat hidup dalam perut ikan selama tiga hari, sebab biasanya perut ikan mengandung banyak zat asam yang justru bekerja untuk mematikan dan mencernakan segala sesuatu yang memasukinya. Tetapi sesungguhnya pemikiran yang demikian merupakan buah pemikiran manusia saja, dimana mereka tidak percaya akan adanya kuasa Tuhan untuk mengadakan kuasa Mujizat. Selain itu, juga ada laporan-laporan tentang kejadian-kejadian semacam ini pada zaman sekarang, sehingga orang menganggapnya hal yang mustahil.
2.        Ada juga yang mengatakan orang Niniwe menyembah banyak patung dan allah/dewa akan bertobat dan mencari Tuhan. Namun sesungguhnya, pada saat itu pertobatan orang-orang Niniwe cukup sungguh-sungguh untuk menangguhkan hukuman Allah, tetapi lama-kelamaan  mereka kembali kepada kebiasaan-kebiasaan jahat yang dalu.
3.        Tidak mungkin bahwa pohon jarak (4:6) dapat tumbuh dengan begitu cepat, sehingga dalam waktu yang singkat menjadi cukup tinggi untuk menaungi kepala Yunus. Pendapat ini timbul dari pandangan secara manusiawi saja, dan tidak percaya akan kuasa Tuhan dan atas penentuan dari Tuhan. Dibuktikan bahwa di daerah tropis pohon jarak dapat tumbuh paling sedikit 30 cm tiap hari,maka memerlukan waktu paling lama 3 hari sampai cukup tinggi untuk menaungi kepala orang yang duduk.
            Ajaran utama bagi orang Yahudi dari kitab ini ialah bahwa rahmat dan keselamatan Allah tidak hanya dimaksudkan untuk umat Israel tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain. Tindakan Tuhan terhadap ketidaktaatan Yunus juga boleh dipandang secara lebih luas sebagai lambing teguran Allah kepada bangsa Israel karena kegagalan mereka dalam melaksanakan tugas untuk memberitakan Tuhan Allah yang sejati kepada bangsa-bangsa lain. Israel adalah bangsa pilihan Tuhan dan Tuhan ingin memakai bangsa ini untuk menjangkau bangsa lain yang belum percaya kepada Tuhan. Namun, dalam kitab Yunus ini mereka gagal menjalankan misi yang Tuhan berikan.
            Pertobatan dan kepercayaan orang Niniwe akan berita nabi Tuhan menjadi teguran kepada orang Yahudi yang terkenal sebagai orang yang keras kepala dan tidak percaya.   










BAB III
TINJAUAN THEOLOGIS TENTANG PERTOBATAN MENURUT KITAB YUNUS

A.    Penjelasan Umum Tentang Pertobatan
A.    Etimologi Pertobatan
Pertobatan adalah langkah awal menuju kepada pintu gerbang Kerajaan Allah, pertobatan diperlukan oleh karena adanya dosa. Pesan atau perintah pertama yang di ucapkan oleh Yesus bukanlah supaya orang percaya,bukanlah pengampunan dosa, melainkan supaya mereka bertobat.  Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 4:17).  “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Markus 1:15). Demikianlah seruan Yohanes Pembabtis yang menyediakan jalan bagi Yesus. Dia memberitahukan bahwa hanya ada satu jalan saja untuk menerima Yesus, dan itulah jalan pertobatan. Seperti ada yang tertulis “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskan jalan bagiNya....yang berlekuk-lekuk akan ratakan ( Luk 3 : 4, 5 ). Melalui jalan pertobatan itulah Yesus datang pada pertama kalinya dan dengan jalan itu pulalah Dia akan datang untuk kedua kalinya. Alkitab memberitakan hal ini dari banyak cara, yaitu sebelum Yesus datang pada akhir zaman, Elia akan muncul kembali sebagai pengkotbah panggilan pertobatan akan diberitakan di seluruh dunia oleh dua orang saksi (Wahyu 11 : 3-6 ).
Pertobatan harus dimulai dalam gereja. Pada akhir zaman israel akan mengalami pertobatan luar biasa sebagai akibat dukacita pada saat kenyataan Mesias, ketika mereka mengenal Dia sebagai orang yang telah mereka salibkan. Tetapi bagaimana orang Yahudi bisa bertobat, jika Gereja Tuhan tidak memberi teladan. Kita hidup pada  zaman atom, yaitu permulaan zaman akhir, zaman penggenapan nubuat bagi Israel. Kitab suci telah menjanjikan bahwa pada akhir zaman, ketika pohon ara mulai bertunas, orang Yahudi akan pulang ke negri nenek moyang mereka. Sekarang ini Allah sedang menunggu, seluruh dunia sedang menunggu saat umatnNya bertobat, agar tersedialah jalan bagi Tuhan untuk datang dan menebus gerejaNya serta membawanya ketempatNya. Pada waktu itu berakhirlah masa penantian yang demekian lama bagi ciptaan Tuhan, karena yang ditebus telah kembali ke Sion dan gereja Yesus telah lengkap.
Semua umat manusia,seluruh dunia ini sedang menanti orang-orang yang mahu bertobat. Bagi zaman yang menakutkan ini, yang di bayang-bayangi perang  ada panggilan lain yang lebih tepat dari pada panggilan lain yang  lebih tepat dari pada panggilan untuk bertobat. Tujuan Allah dalam penghukuman-penghukuman ialah agar  manusia bertobat. Pertobatan di perlukan karena adanya Dosa.
              Dari manakah sumber dosa itu? Ada yang berpendapat dosa itu benda.Pada mulanya adalah Allah dan benda,kedua-duanya berdiri sendiri dan tidak ada sangkut pautnya. Allah adalah sumber dari kebaikan, benda adalah sumber kejahatan. Allah adalah Roh ,benda berlawanan dengan Roh. Dari Roh itu adalah pecahan-pecahan (gumpalan) yang jatuh dalam benda, inilah yang menjadi manusia. Roh di dalam manusia di belenggu di dalam benda. Roh menghendaki yang baik, benda terus menarik kebawah.[11] Pandangan ini bertentangan dengan kebenaran Firman Allah. Sesungguhnya dosa itu berasal dari keinginan manusia itu sendiri dan Allah mengizinkan datangnya dosa. Tapi Tuhan mengatakan jangan berbuat dosa.
              Ketika manusia pertama jatuh kedalam dosa, semua manusia sampai hari ini mewari tabiat dosa. Artinya adalah, dimana seseorang itu cenderung untuk selalu berbuat jahat dari pada berbuat baik. Sebenarnya apakah dosa itu? Dosa dalam perjanjian lama berasal dari kata “Khata”. Kata ini muncul sekitar 522 kali didalam perjanjian lama. Arti utama dari kata “Khata” adalah tidak mengenai sasaran, dan kata ini sepadan dengan kata Yunani Hamartano”.[12]Tidak mengenai sasaran berarti bahwa seseorang tersebut gagal atau tidak mencapai target yang telah Tuhan tentukan di dalam hidupnya, biasanya dosa tersebut mengarah kepada dosa kejahatan moral manusia. Sedangkan dalam Perjanjian Baru berasal dari kata Anomos” yang diterjemahkan dalam arti “Kedurhakaan”, kata ini berarti melanggar hukum dalam arti yang sangat luas (Mat 13 : 41 ) 1 Tim  1 : 9 ). Jika kita melihat lagi dari kata “Enokhos” artinya agak  kejahatan dan patut di hukuk mati ( Mat 5 : 21-22 ).[13]
              Ada juga pakar Theologia “Buswell” berpendapat bahwa dosa adalah “Apa saja didalam diri ciptaan yang tidak menyatakan, atau yang bertentangan dengan sifat kudus sang pencipta”.
Paulus sangat menyadari akan kuasa dosa.Dalam  1 Kor 15 : 56 sekilas ia menyebutkan bahwa sengat maut adalah dosa. Paulus mengajarkan tentang hukuman ganjara dosa.Paulus banyak membahas tentang penghakiman Allah (Rm 2 : 2-3; 5 : 16; 1 Kor 11 : 29, 34 ), yang mendatangkan hukuman bagi orang yang berdosa. Mereka yang tidak taat di hukum dan orang-orang yang terpisah dari Kristus tidak terhindar dari hukuman itu. Hukuman Allah tidak bersifat sewenang-wenang, semua adil.Tidak seorang pun luput dari keadaan dosa, maka tak seorang pun yang akan luput dari akibat-akibat dosa.[14] Akibat dosa yang sering disebut oleh Paulus adalah maut. Maut dianggap sebagai musuh yang terakhir ( 1 Kor 15 : 26 ). Dalam Roma 5 : 12-56 menegaskan bahwa maut itu masuk  kedalam dunia melalui dosa dan dosa itu berkuasa sejak zaman adam sampai zaman Musa. Namun kuasa dosa itu berlanjut sampai saat ini. Akibat dosa yang lain adalah putusnya hubungan antara Allah dengan manusia dan murka Allah menempatkan  manusia jauh dariNya.
              Karena akibat dosa adalah maut maka manusia harus hidup dalam pertobatan kepada Allah. Manusia dapat terluput dari hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah ketika manusia itu hidup dalam “pertobatan”.
            Pertobatan berasal dari kata “Tobat” yang artinya adalah sesal atau menyesal akan dosanya dan berniat memperbaiki hidupnya,mengaku salah dan ingin kembali kepada Tuhan”[15].
            “Bertobat”dalam Alkitab berarti “berubah pikiran.” Alkitab juga memberitahu kita bahwa pertobatan yang sejati akan menghasilkan perubahan tindakan (Lukas 3:8-14, Kisah Rasul 3:19). Kisah 26:20 menyatakan, “Tetapi mula-mula aku memberitakan bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.” Definisi pertobatan yang sepenuhnya secara Alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan tingkah laku”[16].
            “Pertobatan adalah sebuah urapan, yang artinya adalah karunia dari Allah.Pertobatan adalah sebuah Roh yang turun ke atas manusia untuk melembutkan hati mereka dan mengubah pikiran mereka (Za 12 : 10 )”. [17] Karunia pertobatan dimulai pada saat kelahiran baru, tetapi pertobatan ( pelembutan hati dan pikiran) harus berlangsung secara terus menerus di sepnjang hidup manusia. Pertobatan juga membuka pintu untuk menerima berkat-berkat Allah. Roh pertobatan adalah kunci untuk maju didalam Allah dan kunci untuk berubah.
            Berikut ini terdapat  beberapa cara untuk menentukan seberapa efektif  Roh pertobatan telah diizinkan bekerja di hati seseorang.
Ø  Hati yang remuk.
Ø  Pengakuan yang jujur.
Ø  Dukacita karena telah menyakiti Allah.
Ø  Kerelaan untuk menerima pendisiplinan dari Allah.
Ø  Melakukan kebalikan dari apa yang talah ia lakukan.
Ø  Penggantian kerugian dan tindakan-tindakan memperbaiki apa yang telah dirusak.
Ø  Tidak ada sikap membanding-bandingkan dengan yang lain.
Ø  Tidak melemparkan kesalahan kepada orang lain.
Roh pertobatan ( kemampuan untuk mengubah pikiran ) adalah kunci untuk berjalan maju di dalam perjalanan kekristenan seseorang.

B.     Pertobatan dalam Perjanjian Lama
Di Perjanjian Lama, kata kerja ”to repent” (bertobat) secara harafiah berarti ”to turn” (berbelok),” atau ”to return” (berbalik),” ”to turn back” (berbalik arah). Ini sejalan secara sempurna dengan arti pertobatan di dalam Perjanjian Baru. Di Perjanjian Lama kata yang sama menunjuk kepada tindakan luar yang adalah mengekpresikan perubahan pikiran batin manusia.
http://pendalamanalkitab4muslim.files.wordpress.com/2012/01/u-turn-repent-bertobat1.jpg?w=191&h=300            Bertobat = berbalik arah
Jadi, Perjanjian Baru menekankan alamiah dalam dari pertobatan yang benar; Perjanjian Lama menekankan ekpresi luar yang bertindak atas perubahan dalam
Pertobatan adalah sebuah perubahan pikiran bagian dalam yang menghasilkan sebuah pembalikan arah perbuatan; menghadapi dan bergerak ke sebuah arah baruh secara penuh; (berbalik 180 derajat).
C.     Pertobatan dalam perjanjian baru
Di Alkitab Perjanjian Baru kata kerja Inggris ”to repent” (bertobat) umumnya diterjemahkan dari bahasa Yunani metanoein. Kata kerja Yunani metanoein ini memiliki satu arti yang terbatas sepanjang sejarah bahasa Yunani, dari Yunani klasik sampai ke Yunani Pernjanjian Baru. Arti dasarnya adalah selalu sama, ”merubah pikiran seseorang.” Jadi, ”pertobatan” (metanoia) di Perjanjian Baru adalah bukan suatu (perubahan) emosi tetapi sebuah (perubahan) keputusan. Ada orang menyesal akan dosanya dan ia menangis,tapi belum tentu ia bertobat.
Yudas adalah satu dari 12 murid Isa al-Masih, karena cintanya akan uang ia menjual gurunya sendiri.
Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah….” (Mat 27:3-4).
Dalam terjemahan bahasa Inggris tertulis bahwa Yudas ”repented himself.” Kata Yunaninya bukanlah kata metanoein seperti yang diterangkan di atas. Kata Yunani yang dipakai untuk Yudas  ialah metamelein, yang orang sering salah interpretasikan sebagai pertobatan: remorse, anguish. Remorse adalah sebuah perasaan yang kuat dari bersalah dan menyesali tentang sesuatu yang kita telah lakukan. Anguish adalah ketidak bahagian yang extreme disebabkan oleh penderitaan fisik atau mental. Bagaimanapun ia tidak merubah pikirannya dan arah hidupnya. Sebaliknya, ayat berikutnya mengatakan bahwa Yudas pergi dan menggantung dirinya sendiri.  Para rasul, 11 Yesus dalam doa mereka tentang Yudas berkata: ”Yudas yang telah jatuh kedalam kesalahan, bahwa ia dapat pergi ke tempatnya sendiri.”(Kisah Rasul 1:25; terjemahan bebas dari KJV)
Yudas tidak merubah arah hidupnya, ia telah pergi terlalu jauh. Ia tidak mau memperhatikan teguran gurunya, sebaliknya ia bertekat dengan keputusannya sendiri yang mana membuat dia tidak mampu untuk kembali kejalan yang benar. Yudas memang mengalami goncangan emosional, ia merasa sangat sedih, ia merasakan penyesalan yang amat mendalam. Tetapi ia tidak benar-benar mengalami sebuah pertobatan, ia tidak merubah pikirannya ( sikap ) dan ia juga tidak merubah haluannya. Dari pemahaman tersebut, dapat di artikan bahwa pertobatan bukanlah berhubungan dengan perasaan atau emosi, namun suatu pengambilan keputusan untuk bertobat.
Hal ini juga terjadi pada Esau (saudara kembar dari Yusuf), yang telah menjual hak kesulungannya hanya dengan semangkuk kacang merah hanya untuk mengisi perutnya yang lapar. Alkitab menulis. Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata. Pada suatu saat, ketika Esau sedang lengah ia melepaskan hak kesulungannya sebagai anak sulung Ishak dan menjualnya kepada adiknya Yakub,untuk harga semangkuk sop. Esau memandang ringan hak kesulungannya. Ketika Esau memandang rendah hak kesulungannya, sesungguhnya Esau telah meremehkan semua berkat dan janji Allah yang berkaitan debgan hak kesulungan tersebut. Pada akhirnya Esau menyesali perbuatanya.Tetapi Esau gagal mendapatkan kembali hak kesulungannya dan berkat tersebut. Mengapa? Karena ia tidak lagi menemukan kesempatam untuk bertobat. Kalau didalam terjemahan King james dikatakan bahwa Esau “Ia tidak menemukan lagi cara untuk merubah pikiran atau sikapnya”.
            Ini adalah salah satu bukti bahwa emosi yang menggebu-ngebu tidak selalu membuktikan adanya suatu pertobatan. Esau menangis tersedu-sedu dan mencucurkan air mata. Namun ia tidak bisa bertobat lagi, ia tidak bisa mengubah pikiran dan sikapnya lagi. Karena suatu perbuatan yang dianggap sepele dan tidak penting mengubah haluan dan kehidupannya, termasuk nasibnya yang baik di dunia maupun di dalam kekekalan. Esau telah memilih untuk menempuh suatu haluan, kemudian ia kehilangan jejak dan tidak dapat menemukan jalan kembali.
            Tuhan masih memberikan kesempatan untuk bertobat bagi semua orang, tapi ada waktunya tidak ada lagi kesempatan itu. Kita dapat melihat sebagai contoh, yaitu bangsa Niniwe. Tuhan memberikan mereka kesempatan untuk bertobat, bertobat dari hidup mereka yang jahat. Kesempatan berbicara tentang waktu, yaitu waktu dimana kita harus memperbaiki cara hidup kita yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. 
. Jadi, ”pertobatan” (metanoia) di Perjanjian Baru adalah bukan suatu perubahan emosi tetapi sebuah perubahan keputusan.
Simon Petrus adalah juga satu dari 12 murid Tuhan Yesus, ia juga pernah membuat kesalahan besar sehingga Isa menegur Petrus dengan kalimat yang keras ”Enyahlah Iblis” (Matius 16:23).
Sebelum tentara Romawi menangkap Isa untuk disalibkan, Isa telah memperingati Petrus bahwa imannya akan tergoncang, ia akan menyangkal Isa di depan banyak orang. Petrus menyatakan itu sebagai mustahil, tidak mungkin. (Markus 14:29-31). Simon Petrus menyaksikan secara sembunyi-sembunyi bagaimana Isa diadili dan dianiaya, setelah tiga kali orang lain menghubungkan Simon Petrus dengan gurunya, Isa al-Masih, maka Simon mulai bersumpah palsu: Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: “Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!” Dan pada saat itu berkokoklah ayam untuk kedua kalinya. Maka teringatlah Petrus, bahwa Yesus telah berkata kepadanya: “Sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” Lalu menangislah ia tersedu-sedu. (Mar 14:71-72). Injil Matius mencatatnya sebagai: Lalu ia pergi keluar dan menangis dengan sedihnya. (Mat 26:75).
Kesedihan Petrus yang dalam dapat dimengerti:
  • Ia sadar bahwa penyangkalan terhadapat gurunya bukan saja telah menghancurkan citra dirinya sendiri sebagai murid yang paling berani di antara murid-murid yang lain, lebih lagi di hadapan masyarakat: sekarang telah banyak orang yang tahu bahwa dia adalah bukan saja penakut lebih dari itu seorang penghianat.
  • Mungkin Yesus, gurunya, tidak mau mengampuni dia lagi, sebab ia telah melanggar 10 Perintah TUHAN (Keluaran 20:16), terlebih lagi ia tahu Yesus pernah memberi peringatan penting ini: Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 10:33)
Dosa Yudas dan Simon sama beratnya, namun Simon bereaksi lain. Dukacita dan pertobatan Simon Petrus adalah pertobatan yang sesuai dengan ajaran Alkitab Perjanjian Lama dan Baru. Ini dapat dilihat dari apa yang Petrus lakukan setelah tangisanya tersebut:
  1. Ia tetap tinggal dengan komunitas yang benar, ada bersama dengan murid-murid lainnya. (Yohanes 20:2,10)
  2. Di danau Galilea, ketika ia mendengar bahwa Isa ada dipantai, ia langsung memakai bajunya dan terjun ke air untuk menemukan gurunya.
  3. Di darat, ketika Yesus bertanya sebanyak tiga kali kepadanya, ”Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Petrus segera menyadari kesalahanya yang ia telah perbuat, kesombongan yang membawa penyangkalan dan sumpah palsu: “… Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. (Yoh 21:17). Jawaban Petrus ini adalah pertobatan yang benar, bahwa ia waktu kemudian akan mengasihi Allah bukan lagi dengan kekuatan dirinya sendiri tetapi kekuatan dan anugerah Allah. Simon mengubah haluanya dan mengubah cara pikir dan sikap hidupnya.
B.     Pandangan Teologis Tentang Pertobatan
Pandangan Pre-Reformation
Dari para rasul sampai para reformer, ada satu pandangan yang dipakai. Disayangkan pandangan ini sangat sedikit melihat atau tidak adanya anugrah. Suatu system keselamatan yang muncul dimasa gereja permulaan. Herannya, generasi pertama setelah para rasul telah membengkokan kabar baik yang telah dipercayakan para rasul pada mereka.Tentang teologi para rasul Torrance menulis:
Keselamatan didapat, menurut mereka, oleh pengampunan ilahi tapi atas dasar pertobatan (perubahan diri dihadapan Tuhan), bukan atas dasar kematian Kristus semata. Jelas gereja permulaan ingin untuk menjadi martir, merasa bahwa dengan cara itu orang keselamatan orang Kristesn sesuai dengan salib, daripada iman … tidak melihat bahwa seluruh keselamatan berpusat pada pribadi dan kematian Kristus .... Gagal mengerti arti salib dan membuatnya sebagai pasal tertentu dari iman merupakan indikasi paling jelas bahwa pengajaran anugrah sama sekali tidak ada.
Kita akan melihat beberapa aspek pandangan-pandangan para pre-Reformation tentang pertobatan.
1.      Pandangan Calvin
Johanis Calvin nama sebenarnya adalah Jean Cauvin, ia lahir pada tanggal  10 Juli 1509, ia anak keempat dari keluarga yang berada. Ayahnya bernama Gerard Cuavin yang berasal dari keturunan yang biasa-biasa saja, yaitu dari keluarga penambang perahu. Tetapi ia dapat membangkitkankan dirinya hingga tergolong seorang diantara beberepa tokoh yang paling berpengaruh di Noyon. Ia menduduki beberapa jabatan penting di Gereja dan di masyarakat, ia pegawai keungan kota dan sekretaris dari uskup Charles de Hangest.  Ibinya Calvin bernama Jeanne Lefranc, cantik parasnya dan ia pemeluk agama Rum-Katolik yang beriman. Calvin pernah di bawa ibunya sewaktu masih kecil ke upacara-upacara prosesi kesalah satu gereja untuk beribadah, di sana di depan patung santa dan relikwi. Namun semasa mudanya Calvin sudah kehilangan ibunya. Ayahnya kemudian menikah lagi.
            Pendidikan permulaan diterima oleh Jean pada sebuah sekolah putera di Noyon. Ia juga beruntung dibolehkan turut serta mengikuti  pelajaran tersendiri di rumah keluarga terkemuka Hangest Genlis yang teruntuk  anak-anak keluarga tersebut. Oleh sebab itu sejak dari mulanya ia sudah berkenalan dengan cara hidup orang-orang bangsawan. Dalam gerak-geriknya selalu kelihatan prilaku bangsawan, sedang dalam cara berfikirnya tampak kebangsawanan itu selama hidupnya. Calvin seorang ahli hukum dan bukan doktor dalam ilmu theologia, tapi di dalam theologia ia sebagai autodidact. Namun ia juga adalah ahli theologia terbesar dalam ababnya pada waktu itu.
            John Calvin adalah generasi kedua,ia juga telah menjadi Gembala sidang di Glarus. Ia bukan pencetus ide Reformasi, tetapi apa yang di kerjakan sebagai reformator mempunyai dampak yang jauh lebih luas dari reformator-reformator yang mendahuluinya. Pengaruh Calvin meluas dari Geneva, ke polandia, Hungaria, Holland, Scotlandia, England, sampai ke seliruh dunia.
            Calvin dibesarkan dalam keluarga katholik yang bekerja pada Bishop di Noyon. Sebagai seorang pemuda yang pemalu dan tertutup, Calvin merasakan petobatannya betul-betul dari Allah. Ia heran, bagaimana mungkin ia tiba-tiba merasa begitu tertarik untuk memikirkan kehidupan imannya secara sungguh-sungguh.
            Meskipun demikian ia adalah pemuda yang genius. Pada umur 14 tahun Calvin sudah menerima belajar di Universitas paris. Meskipun ia tertarik dengan bidang Filsafat, ia menurut kehendak Ayanhnya dan belajar ilmu Hukum di Orleans. Setelah kematian Ayahnya, ia kembali menekuni ilmu filsafat sampai pada masa pertobatannya yang “Mendadak” kira-kira pada permulaan tahun 1533.
            Sebagai seorang “Injili” Calvin mulai mengalami “persecution/penganiayaan oleh karena iman” pada tahun 1533. Ia harus lari dari sati kota ke kota lain, sampai akhirnya meninggalkan Prancis dan menetap di kota Reformed, Basel di Switzerland dan disana jugalah ia menulis bukunya yang pertama berjudul “Institutes of the Cristian Religion”.[18]
            Pertobatan menurut Calvin adalah  “terjadi melalui pergumulan hati nurani”, ilmu yang di pelajarinya membuka jalan dan hati yang memberi keputusan”. Ada babarapa tulisan yang berisi tentang kesaksian Calvin adalah sebagai berikut :
 “...Setiap kali aku merenumgkan dalam-dalam tentang diriku atau ketika aku palingkan hatiku kepada Tuhan, ketakutan yang amat dasyat meliputi diriku, yang tak dapat kuredakan dengan cara pendamaian atau penebusan manapun. Dan semakin aku selidiki diriku dari dekat, semakin banyak rasanya hatiku tertusuk duri-duri yang tajam. Dalam pada itu muncullah suatu ajaran yang membawa kita kembali kepada sumber yang asli dan menyucikan kita dari segala noda dan mengembalikan kita kepada kemurahanNya yang semula. Tapi, aku benci kepada pengajaran tersebut dan aku menentangnya sekeras-kerasnya. Namun aku tersadar akan kebodohanku yang degil dan selalu mengeraskan hati dalan kebodohanku. Sejak saat itu terbentanglah dihadapanku suatu perbedaan besar ketika aku melepaskan diri dan setelah mencoba memparbaiki diri”.
 Pertobatan Calvin terjadi ketika ia bergumul dengan luar biasa dan ketika ia memutuskan untuk mengambil suatu keputusan untuk meninggalkan kehidupannya yang lama.
`3.Pandangan Lutheran
 Luther mengajarkan bahwa semua dosa seseorang, baik pre- and post-baptismal, telah diampuni saat seseorang menjadi Kristen. Pengajaran seperti itu dengan jelas menandai perpecahan dari Roma. Bagaimana dengan pengakuan dosa pada pendeta dan melakukan tindakan penebusan dosa? Secara logis, itu akan dihilangkan dalam gereja yang mengadopsi pemikiran reformasi tentang pengampunan dosa.
Luther, dalam  pengertian tentang pertobatan, berpegang tindakan penebusan dosa itu sendiri tidak diperlukan, seseorang yang mengabaikan imannya dalam Kristus dan jatuh dalam dosa akan binasa kecuali dia kembali kepada Kristus untuk memperbaharui iman. Menurut Luther tindakan penebusan dosa merupakan “papan kedua setelah kapal karam, Luther menulis:[19]
"Anda akan melihat betapa jahat, betapa salahnya untuk mengumpamakan tindakan penebusan dosa merupakan “papan kedua setelah kapal karam, dan betapa merusaknya untuk percaya bahwa kuasa baptisan telah hancur, dan kapal jadi berkeping-keping, karena dosa. Kapal tetap baik (kuat dan tidak terkalahkan) itu tidak bisa hancur jadi “papan”.
Didalamnya kita membawa semua mereka yang masuk kepada keselamatan, karena kebenaran Tuhan memberikan kita janji dalam sakramen. Jelas, sering terjadi banyak orang terjatuh kelaut dan binasa; ini adalah mereka yang meletakan iman dalam janji dan terjun kedalam dosa. Tapi kapal itu sendiri tetap utuh dan jalurnya tetap. Jika ada orang yang oleh anugrah kembali kekapal, itu bukan karena papan apapun, tapi kapal itu sendiri sehingga dia tetap hidup. Orang itu adalah orang yang kembali melalui iman kepada janji yang kekal dari Tuhan.
Luther secara formal menolak tindakan penebusan dosa. Dia merasa tindakan itu “menyiksa batin sampai mati. Bagaimanapun, secara praktek dia tetap memegang pentingnya hal demikian. Untuk diselamatkan dalam penghakiman, menurut Luther, seseorang harus berusaha dalam iman, baik secara moral dan doktrin.
Berbeda dengan definisi gereja akan metanoia yang meliputi penyesalan, pengakuan dan tindakan penebusan dosa, Luther menyimpulkan bahwa itu membantu suatu perubahan pikiran. Pertobatan keselamatan menurut  Luther merupakan perubahan pikiran diamana seseorang mengetahui dosanya dan perlu pengampunan dan kemudian berbalik dalam iman kepada Tuhan untuk disediakan pengampunan dalam Kristus.Intinya, Calvin melihat pertobatan keselamatan sebagai bagian penting dari iman keselamatan.


4.      Pandangan  Doktrin Gereja Pantekosta di Indonesia
Menurut pandagan Doktrin Gereja pantekosta di Indonesia, pertobatan adalah dimana seseorang menyesal akan dosanya oleh sebab mendengar berita Firman Tuhan dan oleh dorongan  Roh Kudus mengambil suatu keputusan untuk bertobat dan menerima Yesus sebagai Juru selamat. Pertobatan ialah berbalik kepada kebenaran Firman Tuhan  dimana sebelumnya menuju kepada kebinasaan. Bertobat bukanlah membelok ke kanan atau kekiri, tetapi berbalik arah 180 derajat.
Jadi, pertobatan adalah adanya penyesalan di dalam diri seseorang akan perbuatanya yang tidak berkenan dihati Allah setelah ia mendengar Firman Tuhan dan oleh dorongan Roh Kudus ia mengambil keputusan untuk menerima Yesus sebagai juru selamat. Artinya bahwa, seseorang dapat mengambil keputusan untuk bertobat itu karena adanya dorongan Roh kudus bekerja di dalam hati seserorang dan Roh Kuduslah yang memampukan seseorang berbalik kepada sebuah kebenaran. Dapat dikatakan seseorang tidak mampu bertobat dengan sendirinya tanpa adanya Roh Allah yang mendorong orang itu sendiri untuk meninggalkan cara hidupnya yang lama atau segala dosa-dosanya.
Pertobatan tidak terjadi dengan sendirinya, harus ada orang lain dan hanya Yesuslah yang mampu untuk mengampuni dan memulihkan keadaan manusia. Namun, jika manusia itu juga tidak memiliki kemauan untuk bertobat atau dipulihkan, maka pertobatan dan pemulihan itu tidak akan pernah terjadi. Oleh sebab itu, ketika ada kemauan dan kesadaran seserorang untuk  mahu bertobat maka Allah dengan RohNya akan mengampuni dan memulihkan seseorang tersebut.Kemauan dan keinginan seseorang untuk meninggalkan dosa-dosanya itu bukan karena kemampuan dan kekuatan orang tersebut, namun Roh Allah yang memampukan dan menolong orang tersebut untuk meninggalkan hidupnya yang lama, dan adanya kemauan dari dalam diri orang tersebut.


[2] W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai pustaka, 1983), hlm. 1078.
[4] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka,1983), hlm. 1082.
                [7] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang : Gandum Mas, 1968), hlm.
[8] Frank M.boyd, Kitab nabi-nabi kecil (Malang : Gandum Mas, 2000) Hal. 29
                [9] Log.cit., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan
[10] Denis Gren, Pengenalan perjanjian lama (Jatim : Gandum Emas, 1984), Hal 196
[11] Dr. R. Soedarmo, Ihtisar Dogmatika (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia,2002)Hlm 149
[12] Ibid. Hal. 281
[13] Charles C. Ryrie, Theologia Dasar ( Yogyakarta : Yayasan Andi,1992) Hlm 284
[14] Donald Guthrie, Thologi Perjanjian Baru (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia,1995) Hal 227
[15] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta :Balai Pustaka,1983), hlm. 1082.
[17] Paul G. Caram, Kekristenan Sejati (Jakarta : Voice of Hope, 2004) Hlm 119
[18]  Yakub B. Susabda, Pengantar Ke dalam Teologia Reformed (Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994),hlm 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar